Semarang, Idola 92.6 FM – Pemerintah Indonesia tidak akan menutup sejumlah sekolah swasta yang disebutkan Kedutaan Besar Turki di Jakarta terkait kelompok Fethullah Gulen. Sekolah yang disebutkan diantaranya berada di Jawa Tengah yakni Semesta Bilingual Boarding School Semarang, dan Sragen Bilingual Boarding School.
Beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dengan tegas menyatakan Indonesia tidak pernah ikut campur urusan dalam negeri negara lain. Demikian pula sebaliknya, negara lain juga harus menghormati urusan dalam negeri Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, menyatakan pemerintah tidak akan memenuhi permintaan pemerintah Turki untuk menutup 9 sekolah yang dituduh berjaringan dengan kelompok Fethullah Gulen. Mendikbud menegaskan, kesembilan sekolah tidak akan ditutup dan justru akan ditingkatkan kualitasnya untuk mendorong prestasi yang telah diraih.
“Tidak usah risau, itu sudah kami jamin (tidak ditutup, red). Saya sudah berkoordinasi dengan kemenlu, dan nanti bu menteri yang akan mengurusi hubungan dengan Turki,” ujar Muhadjir dalamm Panggung Civil Society Radio Idola, Senin (1/8).
Muhajir menambahkan, apa yang dilakukan Pemerintah Turki tidak berdasar. Sebab, kesembilan sekolah ini baik aset pemilik yayasan, dan murid-muridnya semua adalah orang Indonesia. Sehingga Negara harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia.
Sementara itu, terkait dengan kurikulum pasca dirinya dilantik menjadi Mendikbud oleh Presiden Jokowi untuk menggantikan Anies Baswedan baru-baru ini, Muhadjir menegaskan dirinya tidak akan mengganti kurikulum yang telah ada. Dia akan melanjutkan kurikulum yang telah disusun menteri sebelumnya.
“Kita akan meneruskan kurikulum yang ada, yang berbeda hanya gaya kepemimpinan saja karena setiap orang memiliki cara yang tidak sama,” imbuhnya.
Menurutnya, ada dua hal yang menjadi target dan percepatan dibidang pendidikan yakni berkaitan dengan Kartu Indoensia Pintar (KIP) untuk mengurangi kesenjangan. Kedua, kedua seputar pendidikan vokasi. Kedua hal itu sesuai dengan intruksi Presiden Joko Widodo.
Sementara itu Kepala Sekolah SMP/SMA Semesta Gunungpati Semarang Moh Haris menyatakan, tuduhan pemerintah Turki tidak berdasar. Sebab, kata dia, sekolahnya tidak terkait sama sekali dengan terorisme dan gerakan Fethullah Gulen seperti yang dituduhkan Kedubes Turki. Kurikulum pendidikannya pun mengikuti kebijakan pemerintah.
“Sekolah ini peserta didiknya sebagaimana sekolah yang lain yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan suku, ras, agama yang berbeda. Dan sekolah kita tidak ada kerja sama dengan Turki,” paparnya.
Moh Haris mengungkapkan bahwa Bilingual Boarding School Semarang berdiri pada 6 Mei 1999. Saat itu yang dirintis pertama adalah sekolah SMP dan SMA dengan murid awal 56 anak. Dalam tiap tahun ada beberapa siswa yang berhasil mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Sekolah Semesta bernaung di bawah Yayasan Al Firdaus Semarang. (Heri CS/Diaz A)