Antropolog Media: Media Sudah Menjadi Agama Baru

Semarang, Idola 92.6-Media sudah menjadi agama baru. Media mampu membentuk sebuah perilaku baru yang luar biasa di masyarakat penikmatnya. Contohnya, sejak pagi dan tidur kembali, televisi seolah menjadi rujukan. Beberapa tayangan televisi di era kini seolah menciptakan hiperealitas atau simulakra atau sesuatu yang bukan realitas sebenarnya. Celakanya, masyarakat justru memercayainya meskipun sebenarnya bukan realitas sebenarnya. Karena hanya bagian dari tayangan untuk meningkatkan rating.

Demikian dikemukakan Antropolog media, Dr Agus Maladi Irianto dalam talkshow Journey to Succes on stage, bertema “Media dan Pembangunan Karakter Bangsa” Jumat (27/5) sore mulai pukul 16.00 WIB di Hotel Grasia Semarang. Dalam acara yang digelar Radio Idola 92.6 FM bekerjasama dengan Bank Jateng, dan Hotel Grasia dalam momentum Hari Penyiaran Nasional itu juga hadir narasumber: Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, Mia Inayati; Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Hari Wuljanto; dan perwakilan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah.

Menurut Agus Maladi yang juga dosen FIB Universitas Diponegoro (Undip), di era korporasi media saat ini, tayangan yang hanya menyuguhkan rating semata sangat memprihatinkan. Dalam analisis Agus Maladi, keterpurukan budaya disebabkan disebabkan oleh 3 hal. Yakni, perkembangan IPTEK yang tidak diimbangi dengan pembangunan karakter dan budaya yang baik, konsumsi budaya yanga hanya mengutamakan pencitraan disbanding kegunaan, dan permainan media massa.

“Harus ada gerakan membatasi anak-anak kita untuk menonton televise pada jam-jam tertentu. Jika tidak, anak-anak kita hanya akan menjadi korban dari kebudayaan televisi,” ujar Agus yang juga sineas ini.

Senada dengan Agus Maladi, Direktur Sekolah Alam Ar Ridho Semarang, Mia Inayati mengungkapkan, jika tanpa pengawasan orangtua, media akan menjadi teladan baru. Pondasi terbesar dari itu adalah keluarga. Orangtua harus bisa menjadi teladan. “Berikan perngetahuan bagi anak-anaknya. Gempuran budaya bisa diatasi dengan bimbingan orangtua kepada anak-anaknya dalam hal mengakses media. (Heri CS)

Ikuti Kami di Google News