IdolaFM, Semarang-Pegunungan Kendeng Utara membentang mulai dari Kabupaten Pati, Rembang, Blora dan Grobogan. Wilayah Pegunungan Kendeng Utara ini menyimpan harta karun yaitu berupa karst yang merupakan bahan baku semen. Pegunungan Kendeng Utara ini juga menjadi tumpuan hidup bagi empat juta lebih petani di empat kabupaten. Sebab, batu gamping dan tanah liat menjadi sumber air bawah tanah.
Hadirnya pabrik semen, selain menimbulkan dampak sosial yakni menciptakan konflik horizontal juga mengancam ekosistem lingkungan sekitar. Salah satunya adalah keberadaan fauna capung. Capung menjadi indikator kualitas lingkungan dan mata air. Aktivis dari Indonesian Dragonfly Society (IDS), Wahyu Sigit Rahadi mengatakan, keberadaan hewan capung merupakan sebuah pertanda bahwa perairan di wilayah itu sehat dan menjadi rumah yang nyaman bagi capung.
“Hanya saja, persoalan yang terjadi saat ini, capung-capung mulai jarang lagi bisa dijumpai,” kata Wahyu dalam diskusi dan bedah buku Sisi Lain Kendeng Utara: Keanekaragaman Capung, Kupu-kupu dan Burung Pegunungan Karst Kendeng Pati Jawa Tengah, di Ruang Badan Anggaran lantai 4 DPRD Jateng Jalan Pahlawan Semarang, Kamis (15/10). Buku Sisi Lain Kendeng Utara diterbitkan oleh Yayasan Sheep Indonesia (YSI) bekerjasama dengan Indonesia Dragonfly Society (IDS) tahun 2015.
Dalam acara yang diselenggarakan Yayasan Sheep dan AJI Semarang ini menghadirkan sejumlah narasumber. Yakni, Karyadi Baskoro (Akademisi Biologi MIPA Undip), Edi Faisol (jurnalis Tempo, AJI Semarang), Heri Sasmito Wibowo (Yayasan Sheep Indonesia) dan Wahyu Sigit Rahardi (Indonesian Dragonfly Society). Turut hadir dalam diakusi itu, akademisi, mahasiswa, aktivis lingkungan dan perwakilan SKPD dan DPRD Jateng.
Wahyu menyebutkan, penelitiannya, di kawasan Pegunungan Kendeng Utara menyasar di dua desa yaitu di Desa Larangan Kecamatan Tambakromo dan Desa Brati Kecamatan Kayen Pati. Di dua desa itu, selain 32 spesies capung juga ditemukan 55 spesies kupu-kupu dan 64 spesies burung. “Artinya, Pegunungan Kendeng Utara, merupakan wilayah ekosistem yang nyaman bagi ratusan bahkan ribuan hewan,” ujarnya.
Bisa jadi, menurut dia, jumlah spesies satwa yang ada di Pegunungan Kendeng Utara lebih banyak. Sebab, pendataan hanya dilakukan di dua desa dan dalam waktu kurang lebih satu tahun. “Sehingga, meski wilayah karst tetapi menyimpan kekayaan yang melimpah.”
Wahyu berharap, dengan temuan itu pemerintah bersama warga setempat menjaga kelestarian Pegunungan Kendeng Utara. Sebab, jika kawasan itu rusak maka keanekaragaman hayatinya akan hilang dan keseimbangan alam terganggu. “Dalam setiap mengambil kebijakan jangan mengabaikan keanekaragaman hayati yang ada.”