Kepala SD Negeri 1 Dadapan Sulistyowati menyatakan, simulasi bencana rutin digelar setiap 3 bulan sekali. Sebagai bagian dari pendidikan untuk anak, sekolah juga membentuk tim siaga yang terdiri dari 10 anak. Kesepuluh anak ini seolah menjadi pakar sekolah aman, dan kemudian mereka mensosialisasikan perihal kebencanaan kepada teman-teman lain. “Saat ini tim siaga sudah sampai angkatan ke-4,” ujar Sulistyowati. Mereka dibekali ketrampilan, pendidikan kebencanaan, dan tanggap darurat.
Sekolah Aman atau Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) merupakan suatu kerangka kerja pengembangan kemampuan dari seluruh komponen sekolah untuk mengelola dan mengurangi risiko bencana di lingkungan sekolah. Beberapa hal yang dilakukan dengan membangun kesiapsiagaan melalui penguatan pengetahuan dan sikap, implementasi rencana tanggap darurat. Selain itu, juga melalui kebijakan kesiapsiagaan sekolah, serta sistem peringatan dini sekolah, dan kemampuan memobilisasi sumber daya sekolah, sebelum, saat, dan sesudah bencana datang. Pada praktiknya di lingkungan SD N 1 Dadapan, terdapat antara lain peta evakuasi saat terjadi bencana, papan petunjuk jalur evakuasi, serta klinik Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Diharapkan konsep sekolah aman juga diimplementasikan di sekolah-sekolah lain mengingat Indonesia termasuk daerah rentan bencana alam.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang Noor Efendi berharap, ke depan ada muatan lokal yang didukung sarana prasarana masuk ke kurikulum sekolah. “Masyarakat, BPBD, PMI dan para tokoh masyarakat juga harus dilibatkan,” tandasnya. (Penulis: Heri CS / Photo: Heri CS)